Dalam Madzab Syafi’ie terdapat berbagai macam kitab yang terdiri dari fatwa beliau yaitu Al-Qoulul Qodim dan Al-Qoulul Jadid, adapun kitab-kitabnya yang berkenaan dengan Al-Qoulul Jadid adalah: Al-Umm, Al-Imla’ Al-Buwaithi Dan Mukhtashor Al-Muzanni. Istilah al-qoulul jadid adalah permasalahan hukum agama yang difatwakan Imam Syafi’ie setelah beliau hijrah ke Mesir baik secara lisan ataupun ketetapan pendapatnya. Diantara ulama’ sekaligus murid beliau yang meriwayatkan fatwa Al-Qoulul Jadid ini adalah:
Imam Muzanni (wafat tahun 264 H) nama lengkap beliau adalah Imam Abu Ibrahim Ismail Bin Yahya Almuzanni, beliau lahir di Mesir pada tahun 175 H serta 25 tahun lebih muda dari imam syafi’ie. Imam syafi’ie pernah berkata bahwa Al-Muzanni adalah pembela madzhabnya, beliau adalah ulama’ yang sholeh, zuhud dan rendah hati diantara karangan beliau adalah:
- Al-jami’ al-Kabir
- Al-Jami’ as-Shogir
- Al-Mukhtashor
- Al-Mansur
- At-Targhib Fil Ilmi
- al-masailul mu’tabarah
Al-Buwaithi (wafat tahun 231 H) nama lengkap beliau adalah Abu Ya’kub Yusuf Bin Yahya Al-Buwaithi, beliau merupakan murid langsung dari Imam Syafi’ie serta sering menggantikan posisinya dalam setiap permasalahan. Diakhir hidupnya beliau ditangkap oleh pemerintah yang pro kaum Mu’tazzilah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk bukan kalamullah.
Ar-Rabi’ Bin Sulaiman Al-Muradi (wafat tahun 270 H) lahir pada tahun 174 H, beliau adalah asisten pribadi Imam Syafi’ie dalam penulisan kitab Al-Umm dan kitab Ar-Risalah Al-Jadidah.
Sedangkan istilah Al-Qoulul Qodim adalah permasalahan hukum agama yang difatwakan beliau sebelum memasuki Mesir, diantara ulama’ sekaligus murid beliau yang banyak meriwayatkan fatwa Al-Qoulul Qodim ini adalah:
Imam Ahmad ibnu Hambal (pencetus Madzhab Hambali),
Al-karabisy (wafat tahun 245 H) nama lengkap beliau adalah Imam Abu Ali Al-Karabisy, beliau dulunya adalah salah satu ulama’ dari madzhab Imam Hanafi, kemudia beliau berguru kepada imam syafi’ie dan akhirnya beliau menajadi tiang tengah dalam menegakkan fatwa dan aliran imam syafi’ie.
Az-za’farani (wafat tahun 260 H) nama lengkap beliau Imam Hasan Bin Muhammad Az Za’farani, beliau lahir di dusun As-Za’farani kemudian pindah ke kota Baghdad, beliau adalah murid langsung dari imam syafi’ie, bahkan Imam Bukhori seorang ahli hadits yang terkenal banyak meriwayatkan hadits dari beliau.
Banyak sekali diantara murid imam syafi’e yang notebene adalah ulama’ sholeh yang mengarang beberapa kitab yang mana kitab tersebut dikenal sebagai ujung tombak dalam madzhab syafi’ie, yang mana disetiap kitab terdapat terdiri dari Muthowwil, Mukhtashor, syarah, ta’liq dan hasyiyah. Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan beberapa kitab imam syafi’ie yang terkenal dimulai dari yang paling atas sampai yang paling bawah, diantaranya adalah:
Kitab Al-Umm dan cabang-cabangnya
Kitab Al-Umm adalah induk dari beberapa kitab madzhab syafi’ie oleh karena itu Imam Muzanni meringkasnya dengan ringkasan yang jelas dan jeli yang pada akhirnya kitab mukhtashor karangan imam muzanni ini dikenal dengan Mukhtashor Al-Muzanni, sedang kitab Mukhtashor Muzanni ini disyarah oleh Abu Alma’ali Dhiya’uddin Abdul Malik Bin Muhammad Abdullah Bin Yusuf Al-Juwaini yang masyhur dengan Imamul haramain kitab yang disyarah oleh beliau diberi nama Nihayatul Mathlab fi Dirosatil Madzhab.
Sedangkan kitab nihayatul mathlab ini diringkas oleh murid beliau yaitu Hujjatul Islam Imam Al-Ghozali dalam kitabnya Al-Basith, Al-Washit dan Al-Wajiz, sedang Al-Wajiz diringkas sendiri oleh beliau ke dalam kitab Al-Mukhtashor, kemudian Imam Rofi’e meringkas kitab Al-Wajiz ke dalam kitab Al-Muharrar dan kitab Al-Muharrar sendiri diringkas oleh Imam Nawawi kedalam kitabnya yang terkenal yaitu Al-Minhaj atau Minhajut Tholibin.
Kitab Mukhtashor Imam Muzanni
Kitab mukhtshor Imam Muzanni terdapat beberapa syarah diantaranya adalah Nihayatul Mathlab Fi Dirosatil Madzhab karangan Imamul Haramain, Al-Hawi Al-Kabir karangan Imam Al-Mawardi, dan Al-Ifshoh karangan karangan Imam Hasan At-Thobari.
Kitab Al-Washit lil Imam Al-Ghozali
Kitab Al-Washit karya Al-Ghozali banyak disyarah oleh beberapa ulama’ yang mumpuni dibidangnya diantaranya adalah Syaikh Najmuddin Bin Rif’ah Al-Mishri dalam kitabnya Al-Muhith, Imam Nawawi dalam kitabnya At-Tanqih dan lain sebagainya.
Kitab Al-Minhaj (Minhajut Tholibin)
Kitab al-minhaj atau minhajut tholibin disyarah oleh beberapa ulama setelah pengarangnya wafat diantarnya adalah Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitabnya Tuhfatul Muhtaj Fi Syarhil Minhaj, Imam Ar-Romli dalam kitabnya Nihayatul Muhtaj, Imam Zakaria Al-Anshori dalam kitabnya Al-Minhaj, Imam Khotib As-Syirbini dalam Mughnil Muhtaj.
Kitab Al-Hawi Al-kabir
Kitab ini diringkas oleh Ibnu Muqri dalam kitabnya Al-Irsyad sedangkan kitab Al-Irsyad disyarah oleh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitabnya Fathul Jawwad.
PERBEDAAN PRINSIPIL ANTAR MADZHAB YANG EMPAT
Disamping kita mengetahui dengan jelas beberapa kitab yang masyhur dalam madzhab Syafi’ie perlu juga bagi kita mengetahui perbandingan dan perbedaan yang sifatnya prinsipil diantara ke empat madzhab yang dijadikan landasan dan acuan dalam ibadah sehari-hari oleh orang muslim di dunia, baiklah penulis akan mengemukakan perbedaan tersebut diatas secara singkat.
Imam Hanafi berpendapat bahwa hadits yang akan dipakai menjadi dasar hukum haruslah hadits yang kuat saja, yang tinggi derajat keshahihannya bahkan lebih baik yang mutawatir (yang banyak orang merawikannya). Kalau seandainya tidak terdapat hadits mutawatir maka kata beliau lebih baik pindah kepada ra’yi dan qiyas, sebab kalau mengambil dasar hukum dengan pendapat, menurut imam hanafi lebih terjamin kebenarannya dari pada mengambil hadits-hadits yang diragukan keshahihannya, oleh sebab itu Madzhab hanafi dikenal sebagai madzhab Ahli Ra’yi, Ahli Pendapat dan Ahli Qiyas.
Imam Malik berpendapat bahwa dasar hukum yang kedua adalah hadits, tapi kalau seandainya ada hadits yang berlawanan dengan amalan orang madinah, maka yang didahulukan adalah amalan orang madina, mungkin pembaca sempat terkejut kenapa harus amalan orang madinah? Karena Imam Malik menganggap bahwa amalan orang madinah sama juga dengan hadits, sebab amalan orang madinah diriwayatkan dengan perbuatan yaitu perbuatan Nabi dilihat oleh para sahabat lantas diikuti dan diamalkan sampai kepada tabi’in, tabiit tabi’in dan seterusnya.
Imam Syafi’ie berpendapat bahwa hadits-hadits diutamakan pengambilannya, baik dibandingkan dengan ra’yi maupun dengan amalan orang-orang madinah, bagi beliau hanyalah hadits dan hadits, ra’yi ataupun amalan orang-orang madinah tidak berlaku kalau bertentangan dengan hadits. Bagi beliau juga bahwa al-qur’an dan hadits adalah yang utama baru kalau tidak ada di al-qur’an dan hadits boleh pindah ke ijma’ dan qiyas yan mana kedua-duanya harus bersandar pada al-qur’an dan hadits juga.
Imam Hambali berpendapat bahwa kalau tidak terdapat hukum sesuatu dalam al-Qur’an maka carilah dalam hadits nabi.
Dari beberapa keterangan diatas maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa sumber-sumber penggalian hukum diantara masing-masing madzhab tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1. Sumber Madzhab Hanafi: Al-Qur’an, Sunnah Rasul yang shohih-shohih dan masyhur saja, ijma’ sahabat nabi, Qiyas dan Istihsan.
2. Sumber Madzhab Maliki: Al-Qur’an, Sunnah Rasul yang shahih menurut beliau, Amalan para ulama’ madinah pada waktu itu, Qiyas, Mashalihul Mursalah.
3. Sumber Madzhab Syafi’ie: Al-Qur’an, Hadits Shohih Ahad, Shohih mashur, Ijma’ para mujtahid, Qiyas.
4. Sumber Madzhab Hambali: Al-Qur’an, Ijma’ sahabat nabi, Hadits, termasuk hadits mursal dan hadits dhoif, Qiyas.
Demikianlah keterangan ringkas dari beberapa kitab yang masyhur dalam madzhab syafi’ie yang sangat teratur dan rapi serta keterangan mengenai perbedaan antar madzhab yang empat secara prinsipil, akhirnya penulis serahkan semuanya kepada Allah SWT. Wallahu a’lam bis showab.
Bahan Bacaan:
Al-Fiqhu ‘Alal Madzahib Al-Arba’ah karya Al-Allamah Syekh Abdurrahman Al-Jazairi
Bidayatul Mujtahid Fi Nihayatil Muqtashid karya Ibnu Rusydi
Nihayatus Zain Fi Irsyadil Mubtadi’ien karya Al-Allamah Syekh Nawawi Al-Bantani
I’anatut Tholibin ‘
Tarikhut Tasyri’ Al-Islami karya Al-Allamah Syekh Muhammad Al-Khudhori
I’lamul Ikhwan Bi Dzikri Ba’di Mazaya Fathil Mu’ien karya Syekh Ahmad Barizi Muhammad Fathillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar